SEJARAH PENDIRIAN MESJID JAMIK TANPA PAKU
Mesjid Jamik yang berdiri di Desa Tanjung Berulak Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Provinsi Riau merupakan salah satu mesjid yang menyimpan banyak sejarah dalam pengembangan agama Islam di Kampar, terutama di Kenegrian Airtiris yang terdiri dari 20 banjau (kampung).
Pembangunan mesjid Jamik ini diprakarsai oleh Engku Mudo Sonkal (E.M Songkal ), yang juga merupakan tokoh ulama saat itu di Tanjung Barulak, E.M Songkal sendiri merupakan warga Tanjung Barulak, setelah menamatkan pendidikan agama di Candung Sumatera Barat, maka E.M Songkal menjadi ulama di tanah kelahirannya.
Pada hari Sabtu di tahun 1901, pembangunan mesjid ini dimulai, pembangunan ini disokong oleh para ninik mamak dari 12 kenagarian yang ada di Airtiris. Jamik sendiri berarti besar atau banyak, karena saat itu memang belum ada mesjid yang ada di daerah tersebut, dan yang ada hanyalah nosa atau suarau. Pembangunan mesjid yang memakan waktu hampir empat tahun itu, pada 1904 atau 1322 H mesjid ini diresmikan dan diperhunakan masyarakat.
Yang menarik dari mesjid ini adalah bangunannya yang semuanya menggunakan kayu dan untuk menyatukan bangunannya tidak menggunakan satupun paku, melainkan hanya dengan sistem pasak. Dan pada setiap tiangnya, bangunan dengan uniterir rumah adat kenagarian Airtiris ini masih tampak kokoh.
Selain bangunannya , di bagian samping kanan terdapat kula ( bak air) yang diyakini banyak orang mampu mengobati berbagai penyakit, sehingga banyak warga yang datang ke Mesjid tersebut selain untuk Sholat juga untuk mandi di kula tersebut.
Dalam perkembangannya, di mesjid ini masyarakat tidak hanya membahas dan mempelajari agama saja, namun juga menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat, bahkan E.M Songkal dalam kiprahnya juga merubah beberapa adat dan budaya masyarakat, seperti budaya “batobo” yang dulunya mencampurkan antara laki-laki dan perempuan sejak masa beliau sudah dipisahkan.Dan hingga saat ini Mesjid Jamik masih mempunyai peranan yang besar dalam menyiarkan Islam di Airtiris.
Yang menarik dari mesjid ini adalah bangunannya yang semuanya menggunakan kayu dan untuk menyatukan bangunannya tidak menggunakan satupun paku, melainkan hanya dengan sistem pasak. Dan pada setiap tiangnya, bangunan dengan uniterir rumah adat kenagarian Airtiris ini masih tampak kokoh.
Selain bangunannya , di bagian samping kanan terdapat kula ( bak air) yang diyakini banyak orang mampu mengobati berbagai penyakit, sehingga banyak warga yang datang ke Mesjid tersebut selain untuk Sholat juga untuk mandi di kula tersebut.
Dalam perkembangannya, di mesjid ini masyarakat tidak hanya membahas dan mempelajari agama saja, namun juga menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat, bahkan E.M Songkal dalam kiprahnya juga merubah beberapa adat dan budaya masyarakat, seperti budaya “batobo” yang dulunya mencampurkan antara laki-laki dan perempuan sejak masa beliau sudah dipisahkan.Dan hingga saat ini Mesjid Jamik masih mempunyai peranan yang besar dalam menyiarkan Islam di Airtiris.
( Sumber : Riau Pos )
READ THIS ARTICLE :
• WHERE IS RIAU LOCATED
• VISA POLICY TO INDONESIA
• CANDI MUARA TAKUS HISTORY
• TRAVELLING KE PEKANBARU
• SEJARAH SIAK SRI INDRAPURA
3 komentar:
Subhanallah, semoga tetap bertahan keasliannya!
mantap........................nuansa alami tanpa paku
bangunan tempoe doeloe benar2 meyakinkan
bahkan dgn teknologi tradisional banget bs bertahan hgga sekarang
sedangkan bangunan saat ini
tdk bgtu tahan lama
Posting Komentar